Mengenal Perbedaan Pegawai Tetap Dari Aspek Perpajakan Serta Ketenagakerjaannya

PT Jovindo Solusi Batam adalah sebuah perusahaan yang professional serta terpercaya di Batam. Kami juga telah bersertifikat. Maka dari itu, jika Anda memiliki permasalahan di bidang perpajakan kami siap membantu. Nah pada artikel kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas terkait Mengenal Perbedaan Pegawai Tetap Dari Segi Aspek Perpajakan Serta Ketenagakerjaannya. Simak Berikut ini penjelasannya.

Peraturan per UU di bidang perpajakan ikut mengatur pengenaan pajak penghasilan (PPh) atas pegawai. Berdasarkan pada PMK 168/2023 pengenaan pada PPh bergantung pada jenis pegawai, apakah termasuk pegawai tetap atau pegawai tidak tetap.

Menurut UU PPh dan PMK 168/2023 berisi bahwa pegawai tetap merupakan pegawai yang menerima penghasilan dengan teratur, termasuk anggota dewan komisaris serta anggota dewan pengawas, dan untuk pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk jangka waktu tertentu, maka sepanjang pegawai yang bersangkutan tersebut bekerja penuh didalam pekerjaannya.

Sementara dalam UU ketenagakerjaan, pegawai atau karyawan terbagi 2 status, yaitu Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tentu (PKWTT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). PKWTT merupakan sebuah perjanjian kerja untuk karyawan tetap.

Di PKWTT, perjanjian ini dibuat antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang sifatnya tetap. PKWTT bisa mensyaratkan masa percobaan kerja dengan kisaran paling lama 3 bulan. Pada masa ini, pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.

Pegawai Tetap dalam Perpajakan

Berdasarkan buku Petunjuk Penggunaan Aplikasi e-Bupot 21/26 yang dirilis Ditjen Pajak (DPJ), dalam UU perpajakan, kategori pegawai tetap dilihat dari 3 karakteristik.

  1. Apakah pegawai memperoleh penghasilan tetap, dengan tidak dipengaruhi dari jumlah hari bekerjanya?
  2. Apakah yang bersangkutan bekerja penuh dalam pekerjaan tersebut?
  3. Apakah yang bersangkutan bekerja berdasarkan kontarak atau perjanjian tertulia atau perjanjian tidak tertulis atau menduduki jabatan tertentu?

Bagi pegawai tetap, PPh Pasal 21 dikenakan atas penghasilan yang diterima pegawai tetap, baik yang bersifat teratur meupun tidak teratur. Penghasilan yang dimaksud tersebut diantaranya dapat berupa 6 bentuk, seperti berikut ini:

  1. Seluruh gaji dari segala jenis tunjangan dan penghasilan lainnya, termasuk dalam uang lembur (overtime) serta dari penghasilan lainnya.
  2. Bonus, tunjangan hari raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, prime, dan penghasilan lain yang bersifat tidak teratur.
  3. Imbalan sehubungan dengan kegiatan yang diselenggarakan dari pemberi kerja.
  4. Pembayaran iuran jaminan kecelakaan kerja dan iuran jaminan kematian kepada badan penyelenggara jaminan sosial ketenagakerjaan, yang dibayarkan pemberi kerja.
  5. Pembayaran iuran jaminan pemeliharaan Kesehatan kepada badan penyelenggaraan jaminan sosial Kesehatan yang di bayarkan pemeberi kerja.
  6. Pembayaran premi asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan pemberi kerja.

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dibedakan menjadi 2 hal, yakni seperti berikut:

  1. Perhitungan PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima setiap masa pajak selain masa pajak terakhir.

Besaran PPh Pasal 21 terutang pada setiap masa pajak selain masa pajak terakhir dihitung dengan menggunakan tarif efektif bulanan dikalikan dengan jumlah penghasilan bruto yang diterima pegawai tetap didalam 1 masa pajak.

  1. Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterma didalam 1 tahun pajak maupun bagian tahun pajak yang digunakan sebagai dasar dari pengisian bukti pemotongan PPh Pasal 21 dimasa pajak terakhir.

Penghitungan Kembali di lakukan dimasa pajak terakhir, yakni pada:

  1. Bulan Dimana pegawai tetap akan berhenti bekerja atau pensiun;
  2. Bulan Dimana pensiunan akan berhenti menerima hal yang terkait pensiun;
  3. Bulan Desember untuk pegawai tetap yang masih bekerja sampai dengan akhir tahun pajak dan untuk pensiunan yang menerima uang terkait pensiun sampai pada akhir tahun pajak.

Berdasarkan PPh Pasal 21 terutang pada masa pajak terakhir dihitung dengan berdasarkan jumlah PPh Pasal 21 terutang didalam 1 tahun pajak maupun bagian tahun pajak yang dikurangi dengan jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada setiap masa pajak selain dimasa pajak terakhir.

Mengenal Apa Itu Surat Setoran Pajak (SSP)

PT Jovindo Solusi Batam adalah sebuah perusahaan yang professional serta telah terpercaya di Batam. Kami sudah mempunyai banyak pengalaman pada bidang perpajakan. Maka kami akan siap menangani permasalahan pajak Anda. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas terkait Mengenal Apa Itu Surat Setoran Pajak (SSP). Berikut ini penjelasannya.

Apa Itu Surat Setoran Pajak (SSP)?

SSP merupakan sebuah bukti pembayaran pajak yang dilakukan Wajib Pajak dengan menggunakan sebuah formulir maupun dengan cara lain kepada kas negara. Pembayaran ini melalui tempat seperti Pos, Bank BUMN atau BUBD, dan lainnya.

Wajib Pajak harus lebih dulu membuat SPP lalu membawa SSP tersebut ke bank ataupun ke kantor pos sebelum membayar pajak. SSP akan dianggap sah kalau sudah disahkan pejabat kantor penerima pembayaran ataupun kalau telah divalidasi pembayarannya oleh pihak yang berwenang.

Apa yang Menjadi Landasan SSP?

Ketentuan saat mengisi formulir SSP awalnya diatur di Peraturan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada Nomor PER-38/PJ/2009 yang berisi tentang Bentuk, Isi, serta Tata Cara mengisi sebuah SSP.

Kemudian peraturan tersebut mengalami perubahan, seperti berikut ini:

  • Peraturan DJP Pada Nomor PER-23/PJ/2010
  • Peraturan DJP Pada Nomor PER-24/PJ/2013
  • Peraturan DJP Pada Nomor PER-30/PJ/2015
  • Peraturan DJP Pajak Pada Nomor PER-44/PJ/2015
  • Peraturan DJP Pajak Pada Nomor PER-06/PJ/2016
  • Peraturan DJP Pada Nomor PER-22/PJ/2017
  • Peraturan DJP Pada Nomor PER-09/PJ/2020 berisi tentang Bentuk, Isi, serta Tata Cara dalam mengisi sebuah SSP.
  • Peraturan DJP Pada Nomor PER-22/PJ/2021 berisi tentang Bentuk, Isi, serta Tata Cara dalam mengisi sebuah Surat Setoran Elektronik

Apa Saja Jenis Surat Setoran Pajak (SPP)?

Berikut jenis-jenis SSP, yakni:

  1. SSP Standar merupakan surat yang digunakan Wajib Pajak yang memiliki fungsi untuk melakukan pembayaran ataupun penyetoran pajak terutang di Kantor Penerima Pembayaran dan akan menjadi bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran, dan isi yang telah ditetapkan
  2. SSP Khususmerupakan bukti pembayaran ataupun penyetoran pajak terutang di Kantor Penerima Pembayaran yang akan dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan sebuah mesin transaksi
  3. Surat Setoran Pabean, Cukai, serta Pajak saat ingin melakukan Impor (SSPCP)merupakan jenis SSP yang digunakan importir ataupun Wajib Bayar saat ingin melakukan impor
  4. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai serta PPN Hasil Tembakau Buatan didalam Negeri merupakan jenis SSP yang digunakan pengusaha untuk cukai atas Barang Kena Cukai serta PPN hasil tembakau buatan didalam negeri

Apa Saja Formulir Surat Setoran Pajak (SSP)?

Formulir ini dibuat didalam rangkap 4, seperti berikut:

  1. Pada Lembar pertama   : Berisi Arsip Wajib Pajak
  2. Pada Lembar kedua       : Berisi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
  3. Pada Lembar ketiga       : Berisi Laporan Wajib Pajak Dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
  4. Pada Lembar keempat  : Berisi Arsip Kantor Penerima Pembayaran

Apa Saja Elemen yang Termuat Dalam SSP?

Berikut ini elemen yang ada didalam SSP, sebagai berikut:

  1. Berisi NPWP
  2. Berisi Nama Wajib Pajak
  3. Berisi Alamat Wajib Pajak
  4. Berisi Kode Akun Pajak
  5. Berisi Kode Jenis Setoran
  6. Berisi Uraian Pembayaran
  7. Berisi Masa Pajak
  8. Berisi Tahun Pajak
  9. Berisi Nomor Ketetapan
  10. Berisi Jumlah Pembayaran
  11. Berisi Terbilang
  12. Diterima Kantor Penerima Pembayaran (KPP)
  13. Berisi Wajib Pajak atau Penyetor
  14. Berisi Ruang Validasi seperti Kantor Penerima Pembayaran. Untuk ruang ini dapat diisi NTTP (Nomor Transaksi Pembayaran Pajak) serta NTB atau NTP.

Mengenal Persamaan Dasar Akuntansi Dalam Beserta Rumusnya

PT Jovindo Solusi Batam adalah sebuah perusahaan yang sudah professional serta terpercaya di Batam. Kami telah memiliki banyak pengalaman pada bidang perpajakan. Maka kami siap menangani permasalahan pajak yang Anda miliki. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas terkait Mengenal Persamaan Dasar Akuntansi Dalam Beserta Rumusnya. Berikut ini penjelasannya.

Pengertian Persamaan Dasar Akuntansi

Persamaan dasar akuntansi merupakn sebuah perhitungan yang memiliki tujuan untuk dapat memproyeksikan hubungan antara harta, hutang, dan modal yang perusahaan miliki.

Prinsip yang dipegang akuntansi yaitu dengan adanya keseimbangan diantara pemasukan dan juga pengeluaran.

Harta ataupun aset yang perusahaan miliki harus seimbang dengan liabilitas dan kewajiban. Ini menunjukkan kalau semua aset milik perusahaan yang diperoleh baik dari utang ataupun ekuitas.

Seperti ketika perusahaan baru akan dibangun, maka aset pertama yang dibeli akan berasal dari dana yang diterima dari investor atau berupa pinjaman (utang). Maka semua aset yang perusahaan miliki yang asalnya dari kreditor atau investor disebut kewajiban dan ekuitas.

Rumus contohnya, sebagai berikut:

Aset = Kewajiban + Ekuitas

atau:

Harta (Aktiva) = Hutang + Modal (Pasiva)

Seperti yang dapat dilihat, sisi aset setara sama dengan jumlah kewajiban dan juga ekuitas pemilik.

Persamaan ini umumnya ditulis dengan mendahulukan posisi kewajiban sebelum ekuitas pemilik.

Karena utang memiliki kreditur yang harus dilunasi dulu sebelum investor ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan.

Hal ini terbukti konsisten dengan adanya contoh pelaporan keuangan di mana aset lancar (Current Assets) dan juga kewajiban lancar (Current Liabilities) akan dilaporkan sebelum aset tetap (Fixed Assets/PPE) dan juga liabilitas jangka panjang (Long-Term Debt).

Contoh persamaan ini berlaku untuk semua aktivitas serta transaksi bisnis.

Aset akan selalu setara sama kewajiban dan juga ekuitas pemilik.

Kalau asetnya meningkat, maka baik kewajiban ataupun ekuitas pemilik akan meningkat untuk menyeimbangkan persamaan dan begitu juga sebaliknya.

Komponen-Komponen Persamaan Dasar Akuntansi

Berikut 3 jenis komponen persamaan akutansi, yakni:

  1. Aset

Aset merupakan sebuah sumber daya yang dimiliki ataupun yang dikendalikan perusahaan untuk digunakan manfaatnya di masa depan.

Aset ataupun aktiva merupakan hal-hal yang dapat mendatangkan manfaat untuk perusahaan. seperti bangunan Gedung, tanah, kendaraan, uang kas yang tunai atau cek kontan

Bagian aktiva nantinya akan bertambah kalau aset Perusahaan juga bertambah, dan sebaliknya.

Ada nilai penyusutan kepada aset yang berupa sebuah barang, seperti peralatan mesin yang akan mengalami kerusakan pada waktunya.

Selain itu mesin tersebut juga akan mengalami yang Namanya penurunan nilai atau depresiasi.

Beberapa aset bersifat tangible yakni seperti kas, namun ada juga yang bersifat intangible bersifat atau tidak berwujud yakni seperti goodwill ataupun hak cipta.

Berikut ini contoh akun aset:

  • Aset Lancar

Disebut sebagai aset lancar ataupun aktiva lancar, karena kekayaan yang termasuk dalam harta lancar memiliki sebuah likuiditas tinggi ataupun dapat dengan mudah dicairkan.

Maksudnya, harta ini dapat dengan cepat dikonversikan kedalam mata uang dalam kurang waktu dari setahun.

Jenis transaksi yang termasuk dalam harta lancar seperti kekayaan yang berupa kas, piutang, surat berharga, wesel, perlengkapan, serta transaksi yang sudah dibayar di muka (paid in advance).

  • Aset Tetap

Kebalikan dengan aktiva lancar yang bisa dicairkan dalam kurang waktu dari setahun, aktiva tetap justru merujuk kepada kekayaan yang dapat digunakan dalam waktu lebih dari setahun.

Biasanya berupa hal yang digunakan didalam kegiatan operasional perusahaan seperti berupa kendaraan operasional, mesin produksi, maupun tanah atau bangunan.

Karena berupa aset yang dipakai bisa lebih dari setahun, aset-aset ini (kecuali tanah) memiliki ‘umur’. ‘Umur’ dari aset dapat mengalami yang namanya penurunan ataupun depresiasi.

Seperti, mobil dinas ataupun alat produksi milik perusahaan yang akan rusak ataupun usang setelah digunakan selama beberapa tahun sehingga aset berupa mobil ini sudah tidak dapat lagi menghasilkan keuntungan secara ekonomis untuk perusahaan.

keadaan ini disebut sebagai depresiasi aset.

  • Aset Tidak Berwujud

Contonya seperti Goodwill, Paten, Hak Cipta.

  1. Kewajiban atau Liabilitas

kewajiban ataupun liabilitas, yakni sejumlah dana yang perusahaan pinjam dari pihak lain atau kreditur dan harus dilunasi sesuai dengan waktu yang disepakati.

Bentuk kewajiban yang umum ini berupa utang.

Hutang adalah kebalikan dari piutang, dan harus dicatat dalam laporan keuangan.

Ketika perusahaan membeli barang ataupun jasa dari perusahaan lain baik itu secara kredit, maupun utang akan dicatat sebagai bukti bahwa Perusahaan telah berjanji untuk membayarnya di kemudian hari.

Berikut contoh dari akun kewajiban yang paling umum, yakni:

  • Utang Dalam Jangka Pendek: Seperti Utang Dagang, Utang Bank, Utang Gaji, Utang Pajak.
  • Utang Dalam Jangka Panjang: Seperti Utang Obligasi
  1. Ekuitas

Ekuitas merupakan bagian dari aset perusahaan yang dimiliki pemegang saham ataupun pihak ketiga, dan akan masuk dalam rumus persamaan dasar akuntansi.

Pemilik dapat meningkatkan

Mengenal Pendapatan Dalam Akuntansi

PT Jovindo Solusi Batam adalah sebuah perusahaan yang professional serta telah terpercaya. Kami memiliki banyak sekali pengalaman di bidang perpajakan. Maka kami siap menangani semua hal permasalahan pajak yang Anda miliki. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas terkait Mengenal Pendapatan Dalam Akuntansi. Berikut ini penjelasannya.

Pengertian Pendapatan dalam Akuntansi

Pendapatan umumnya diartikan sebagai sebuah uang yang diterima seseorang ataupun sebuah entitas sebagai imbalannya atas tenaga ataupun produk mereka. Namun untuk kebanyakan orang, pendapatan merupakan suatu penghasilan total yang mereka dapat, biasanya didalam bentuk gaji, pengembalian investasi, distribusi uang pensiun, dan juga jenis penghasilan lainnya.

Sedangkan dalam bisnis pendapatan merupakan suatu penghasilan yang di dapat dari penjualan jasa, produk, dan juga setiap dividen serta bunga yang diterima sehubungan dengan rekening kas dan juga rekening cadangan yang terkait dengan bisnis.

Adapun Ikatan Akuntan Indonesia didalam SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) menyebut bahwa pendapatan adalah suatu penghasilan yang diperoleh dari melaksanakan aktivitas entitas yang dikenal dengan berbagai sebutan, termasuk penjualan, imbalan, bunga, dividen atau laba, royalti, bunga dan juga sewa.

Pengertian pendapatan menurut akuntansi salah satunya diungkapkan Harnanto, yang menyebutkan pendapatan sebagai bertambahnya aset dan juga berkurangnya liabilitas perusahaan akibat adanya aktivitas operasi.

Pengakuan Pendapatan dalam Akuntansi

Hal ini bisa dilihat dalam PSAK No. 23 yang menyebutkan bahwa pendapatan dari penjualan barang diakui telah memenuhi syarat, seperti di bawah ini:

  • Sudah terjadi pemindahan risiko dan juga manfaat atas kepemilikan barang
  • Pengelolaan yang terkait kepemilikan barang tidak lagi akan dilakukan karena sudah dijual.
  • Jumlah dari pendapatan bisa diukur
  • Manfaat dari ekonomi yang terkait transaksi dapat mengalir ke entitas, dan
  • Biaya yang berhubungan dengan transaksi pada penjualan dapat diukur.

Contoh Pendapatan dalam Akuntansi

Berikut beberapa contoh pendapatan didalam akuntansi adalah:

  • Pendapatan yang didapat dari hasil penjualan barang atau jasa.
  • Bunga yang diterima didapat dari deposito di bank.
  • Dividen ataupun keuntungan yang didapat dari investasi keperusahaan lainnya.
  • Hasil dari menyewakan sebuah aset, biasanya dapat berupa properti ke pihak lain. Seperti menyewakan gudang, pabrik, ruang kantor, dan juga hal lainnya.
  • Laba di dapat dari penilaian ulang suatu aset perusahaan.
  • Jenis-jenis dari Pendapatan didalam Akuntansi

Yang termasuk dari pendapatan dalam akuntansi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pendapatan operasional dan juga non-operasional. Pendapatan operasional didapatkan dari hasil penjualan pokok suatu perusahaan. Kalau perusahaan memproduksi sebuah barang, maka pendapatan operasional didapat dari penjualan barang hasil produksi tersebut.

Sementara pendapatan selain hasil penjualan pokok ini biasa disebut pendapatan non-operasional atau juga pendapatan lain. Ada banyak jenis pendapatan non-operasional, seperti dari hasil bunga, penjualan surat-surat berharga, sewa, dan jenis lainnya. Biasanya, pendapatan lain ini dibedakan menjadi 5 jenis, yakni:

  • Pendapatan Sewa. Pendapatan yang didapat perusahaan karena menyewakan aset mereka kepihak lain. Seperti menyewakan sebuah tempat, alat transportasi, mesin produksi, dan hal lainnya.
  • Pendapatan Bunga. Pendapatan yang diperoleh perusahaan dari hasil bunga pinjaman uang yang diberikan terhadap pihak lain, Seperti kepada klien. Bisa berupa penjualan sebuah barang dan juga jasa yang dibayar secara dicicil. Biasanya terdapat bunganya.
  • Pendapatan Aset. Jenis pendapatan ini juga berkaitan dengan aset, tapi berbeda dari pendapatan sewa. Karena pendapatan aset ini diperoleh dengan menjual aset ataupun harta. Seperti menjual properti. Tidak hanya itu, bisa juga dari menjual furniture kantor, mesin, sekuritas pasar, dan hal lainnya.
  • Pendapatan Dividen. Pendapatan perusahaan yang didapat dari pembagian laba ataupun dividen yang didapat perusahaan karena mempunyai saham di perusahaan lain. Seperti, perusahaan A mempunyai saham di perusahaan Z. Maka, pada saat perusahaan Z membagikan dividen kepada investor, maka hal ini yang disebut pendapatan dividen bagi perusahaan A.
  • Laba Penjualan Aktiva Tetap. Terakhir adalah pendapatan yang diperoleh dari keuntungan perusahaan. Seperti, perusahaan B memiliki sebuah gudang di tahun 2018 dibuat dengan modal uang Rp250 juta. Lalu, setahun berikutnya di tahun 2019 gudang itu dijual seharga Rp300 juta. Maka uang Rp50 juta ini merupakan laba dari penjualan aktiva tetap.

Rumus Pendapatan dalam Akuntansi

Didalam akuntansi, terdapat pendapatan bersih (net income) dan juga pendapatan kotor (gross income). Pendapatan ataupun laba bersih merupakan sebuah total pendapatan perusahaan yang diperoleh setelah dikurangi semua pengeluaran bisnis. Sedangkan untuk, pendapatan kotor merupakan sebuah pendapatan perusahaan yang secara keseluruhan, tanpa dikurangi pengeluaran dari perusahaan.

Berikut cara menghitung pendapatan didalam akuntansi, sebagai berikut:

  • Pendapatan kotor = total dari pendapatan perusahaan
  • Pendapatan bersih = pendapatan kotor – dari pengeluaran

Mengenal Apa Itu Jurnal Penyesuaian

PT Jovindo Solusi Batam merupakan perusahaan professional serta telah terpercaya. Kami telah memiliki banyak sekali pengalaman pada bidang perpajakan. Maka dari itu kami siap dalam menangani semua permasalahan pajak Anda. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas informasi terkait tentang Mengenal Apa Itu Jurnal Penyesuaian. Berikut ini penjelasannya.

Pengertian

Jurnal Penyesuaian merupakan jurnal yang digunakan untuk melakukan suatu proses pencatatan saldo dari akun-akun tertentu dan juga dapat mencerminkan jumlah sebenarnya sebelum dapat berlanjut pada proses penyusunan laporan keuangan.

Akuntansi memiliki prinsip berbasis akrual atau prinsip pengakuan pendapatan kepada periode yang telah diperoleh bukan kepada periode penerimaan kas.

Prinsip tersebut berhubungan dengan tujuan dari penyusunan jurnal penyesuaian yakni untuk mengubah suatu transaksi menjadi metode akuntansi yang akrual.

Di dalam jurnal terdapat ayat jurnal penyesuaian tentang sebuah jurnal yang dibuat untuk mengetahui informasi tentang transaksi seperti pada perubahan di jurnal.

Fungsi

Fungsi untuk dapat menghitung pendapatan serta beban terhadap periode tertentu dan juga dapat menetapkan saldo catatan akun di buku besar pada akhir periode.

Adapun fungsi lainnya yakni:

  • Untuk dapat menghitung perkiraan dari pendapatan dan juga bebannya selama periode tertentu.
  • Di akhir periode bisa menampilkan akun riil (berupa harta, kewajiban, dan modal) dan juga akun nominal (berupa pendapatan dan beban) dapat diakui karena bisa menunjukkan keadaan yang terjadi didalam 1 periode.
  • Menetapkan saldo pencatatan akun pada buku besar di akhir periode dan juga dapat menunjukkan perkiraannya dari akun riil terlebih harta dan juga kewajiban.

Cara Membuat Jurnal Penyesuaian

Berikut cara membuat Jurnal penyesuaian, sebagai berikut:

  • Membuat neraca pada saldo yang belum disesuaikan
  • Lalu menganalisa masing-masing akun tersebut
  • Setelah itu, mencari data transaksi yang telah tercatat tetapi tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
  • Berikutnya, Anda juga dapat mencari transaksi yang hilang ataupun yang belum tercatat tapi sudah terjadi
  • Terakhir, mencatat ayat dari jurnal penyesuaian

Contoh Jurnal Penyesuaian Untuk Bisnis

Ada 6 akun dalam akuntansi yang membutuhkan penyesuaian pada akhir periode diantaranya:

  1. Akun Perlengkapan, memerlukan suatu penyesuaian karena adanya pemakaian
  2. Akun aktiva, tetap karena adanya suatu penyusutan aktiva
  3. Akun pendapatan, diterima muka dan juga memerlukan penyesuaian karena seiringkali berjalannya waktu nanti prestasi akan diserahkan kepada pelanggan.
  4. Beban dibayar di muka apabila penjualan yang telah jatuh tempo. Berikutnya, akun pendapatan kalau ada pendapatan yang masih belum terhitung sehingga belum bisa menjadi pendapatan.
  5. Terakhir, akun beban, karena ada beban yang belum dihitung pembayarannya, makanya dijadikan sebuah beban.

Berdasarkan akun yang membutuhkan penyesuaian. Maka, kita akan membuat sebuah contoh pada bisnis, sebagai berikut:

  • Penyusutan Peralatan

Penyusutan peralatan harus dilakukan pencatatan dan juga penyesuaian dicatat dibagian pengakuan suatu beban penyusutan perusahaan. Beban tersebut merupakan penggunaan dari aktiva tetap yang telah diakui.

Nantinya beban ini akan masuk dalam suatu laporan laba rugi tetapi sebelum itu akan dilakukan penyesuaian terlebih dahulu.

  • Pendapatan diterima di muka

Suatu hal yang harus diingat terhadap pendapatan yang didapatkan berupa muka tidak akan tercatat sebagai suatu pendapatan, namun akan dicatat sebagai sebuah hutang. Karena perusahaan belum melakukan sesuatu terhadap adanya pendapatan yang nyata jadinya belum menjadi hak dari  perusahaan.

  • Beban dibayar di muka

Jika perusahaan akan membayar sebuah beban untuk diperiode yang akan datang terlebih dahulu maka disebut sebagai beban dibayar dimuka.

Apabila menemukan beban yang harus dibayar diperiode selanjutnya, maka akan dilakukan suatu perhitungan beban apa saja yang akan dibayarkan pada laporan periode sekarang.

  • Perlengkapan yang tersisa

Perlengkapan merupakan sebuah bahan yang dibeli perusahaan untuk kepentingan suatu operasional perusahaan.

Makanya harus dilakukan sebuah pencatatan pemakaian peralatan ataupun dengan perhitungan dari fisik barang yang ada ataupu yang masih tersisa.

Perbedaan Antara Neraca dan Laporan Laba Rugi

PT Jovindo Solusi Batam merupakan perusahaan professional serta terpercaya. Kami sudah memiliki banyak sekali pengalaman pada bidang perpajakan. Maka dari itu kami siap menangani semua permasalahan pajak Anda. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas informasi terkait tentang Perbedaan Antara Neraca dan Laporan Laba Rugi. Berikut ini penjelasannya.

Perbedaan Utama Antara Neraca dan Laporan Laba Rugi

Neraca dan laporan laba rugi merupakan 2 jenis laporan keuangan yang sangat penting bagi pebisnis. Keduanya dapat memberikan informasi yang berbeda dan juga penting untuk menganalisa keuangan.

  1. Periode Waktu: Kapan Laporan Ini Dibuat?

Salah satu perbedaan antara neraca dan laporan laba rugi adalah periode waktu pada saat mereka laporan. Neraca adalah sebuah laporan yang menunjukkan posisi keuangan dari suatu perusahaan pada 1 titik waktu tertentu, dan biasanya di akhir dari periode akuntansi.

Sementara, laporan laba rugi mencakup pada periode waktu tertentu, seperti pada kuartal ataupun tahun fiskal, dan juga menunjukkan kinerja sebuah perusahaan selama periode tersebut.

  1. Elemen Laporan: Apa Saja yang Dilaporkan?

Neraca seperti berupa aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham. Hal ini memberikan gambaran tentang apa yang dimiliki dan juga apa yang diutang perusahaan. Sedangkan untuk, laporan laba rugi mencatat pendapatan, biaya, dan juga pengeluaran untuk dapat menentukan laba ataupun rugi bersih perusahaan.

  1. Tujuan Pembuatan: Mengapa Laporan Ini Penting?

Neraca dapat memberikan gambaran tentang kekayaan dan juga kewajiban perusahaan, yang berguna untuk menilai sebuah likuiditas dan leverage keuangan. Sedangkan, laporan laba rugi memberikan suatu informasi tentang efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dari operasinya.

  1. Perhitungan: Bagaimana Angka-Angka Ini Dihitung?

Kalau neraca mengikuti prinsip akuntansi yang menyatakan bahwa total aset harus sama dengan jumlah total kewajiban yang ditambah ekuitas pemegang saham. Sedangkan, laporan laba rugi menghitung laba ataupun rugi bersih dengan cara mengurangkan total pengeluaran dari total pendapatan.

Faktor yang Membedakan antara Neraca dan Laporan Laba Rugi

  • Periode Pelaporan: Kalau neraca merupakan snapshot pada 1 titik waktu, sedangkan untuk laporan laba rugi mencakup pada periode waktu yang lebih panjang.
  • Komponen Laporan: Kalau neraca melaporkan sebuah aset, kewajiban, dan ekuitas, sedangkan untuk laporan laba rugi melaporkan suatu pendapatan dan juga pengeluaran.
  • Tujuan Analisis: Kalau neraca digunakan untuk menganalisa posisi dari keuangan saat ini, sedangkan untuk laporan laba rugi digunakan untuk menganalisa kinerja dari keuangan periode berjalan.
  • Metode Perhitungan: Kalau neraca menggunakan sebuah prinsip kesetaraan aset dan juga kewajiban, maka untuk laporan laba rugi akan menghitung laba bersih hanya dengan mengurangkan pengeluaran dari pada pendapatan.

Kelebihan dan Kekurangan Neraca

  • Kelebihan: Dapat memberikan gambaran lengkap suatu posisi keuangan perusahaan pada 1 titik waktu.
  • Kelebihan: Dapat berguna dalam menilai likuiditas dan juga solvabilitas perusahaan.
  • Kekurangan: Tidak dapat memberikan sebuah informasi tentang kinerja perusahaan selama masa periode waktu.
  • Kekurangan: Tidak dapat menunjukkan bagaimana aset dan juga kewajiban dapat berubah seiring waktu.

Kelebihan dan Kekurangan Laporan Laba Rugi

  • Kelebihan: Dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan suatu keuntungan selama pada periode tertentu.
  • Kelebihan: Dapat memberikan suatu informasi yang rinci tentang pendapatan dan juga pengeluaran.
  • Kekurangan: Tidak dapat memberikan sebuah gambaran tentang posisi keuangan perusahaan pada 1 titik waktu.
  • Kekurangan: Rentan terhadap manipulasi yang melalui suatu metode akuntansi kreatif.

Perbandingan Neraca dan Laporan Laba Rugi

Aspek Neraca Laporan Laba Rugi
Periode Pelaporan Titik waktu tertentu Periode waktu (misalnya kuartal, tahun)
Komponen Utama Aset, Kewajiban, Ekuitas Pendapatan, Pengeluaran, Laba/Rugi
Tujuan Menilai posisi keuangan Menilai kinerja keuangan

TER dan Pemotongan Pajak dengan Cara Baru

PT Jovindo Solusi Batam merupakan perusahaan professional dan juga terpercaya. Kami sudah mempunyai banyak sekali pengalaman pada bidang perpajakan. Maka dengan ini kami siap menangani semua permasalahan pajak Anda. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas informasi terkait tentang TER dan Pemotongan Pajak dengan Cara Baru. Berikut ini penjelasannya.

Penghasilan dalam bentuk gaji memang terkena pajak (pajak penghasilan). Sebelum gaji diserahkan, perusahaan ‘memotong’ gaji tersebut untuk dibayar ke negara. Ini yang dinamakan pemotongan. Dengan adanya mekanisme pemotongan ini. Karyawan yang dipotong pajaknya pada saat paling nyaman yakni saat menerima uang, dipotong oleh pihak pemberi penghasilan.

Pemerintah menetapkan cara baru pemotongan pajak sejak Januari 2024. Sekarang perusahaan hanya akan menjumlah penghasilannya, melihat status pernikahannya, lalu membuka tabel tarif, dan terdapat perhitungan pajaknya. Selesai. Cara ini cocok dengan keadaan masa kini yang suka hal praktis, cepat, ringkas, dan juga bergegas. Kalau terdapat hitungan yang kurang ataupun lebih potong, hal itu akan diselesaikan di akhir tahun.

Tarif Efektif Rata-Rata (TER) sejak 01 Januari 2024. TER merupakan tarif penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan. Tarif pajak yang digolongkan menurut range. Karyawan yang masih lajang memiliki gaji Rp10.050.000 dan karyawan yang sudah menikah memiliki gaji Rp9.660.000 berada didalam satu range tarif yang sama yakni 2 %.

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang milih-milih kasta (pajak subyektif). Beda penghasilan maka beda tarif. Penghasilan neto sampai sebanyak Rp60.000.000 pajaknya 5%. Kelebihan kena tarif 15% hingga Rp250.000.000. Lalu tarif naik menjadi 25%, melebihi Rp500.000.000 tarif berganti menjadi 30% dan kalau sudah diatas Rp5.000.000.000 maka tarifnya 35%.

Seorang yang lajang memiliki penghasilan Rp200.000.000 setahun maka pajak penghasilannya sekitar Rp15.000.000. Dulu dan sekarang sama, maka tidak ada beban pajak baru. Tetapi kita tidak terlalu menghitung jumlah beban pajaknya, yang kita pedulikan berapakah uang yang setiap bulan diterima dan siap dibelanjakan.

TER ini sensitif akan penghasilan yang melonjak besar pada suatu bulan, misal saat menerima THR ataupun bonus, karena tarif TER akan melonjak juga. Contoh, bila setiap bulan gaji kita adalah Rp10.000.000, dan saat Januari mendapatkan bonus 6 x gaji kemudian April mendapatkan THR 2 x gaji. Tarif TER di bulan Januari bisa mencapai 22 % sehingga atas gaji dan bonus sebesar Rp. 70.000.000, uang yang dibawa pulang (take home pay) hanya Rp54.600.000. Nanti di bulan Desember karyawan akan mendapatkan pengembalian kelebihan pemotongan sebesar Rp5.000.000.

Beda pula jika penghasilan Rp200.000.000 diterima masing-masing Rp16.000.000 setiap bulan maka pada bulan Januari hingga November kita akan dipotong lebih kecil dari pada biasanya, sehingga seolah take home pay terlalu tinggi.

Inilah yang disebut bahwa tarif TER menggalakkan kita saat untuk menabung. Saat mendapat bonus tinggi, kita akan menabung uang pajak kepada negara. Nanti di bulan Desember perusahaan akan mengembalikan tabungan itu. Pemotongan pajak sedikit lebih kecil sehingga kita dapat menabung sendiri kelebihan dari uang yang diterima, agar tidak kaget saat perusahaan memotong lebih besar pada bulan Desember.

Adanya penghitungan baru dapat membuat perusahaan harus segera duduk bersama karyawannya untuk menjelaskan era baru TER ini.

Perusahaan juga harus berjibaku untuk mendapat NPWP ataupun NIK Karyawan dan membangun database yang lebih akurat. Dengan tidak adanya NPWP ataupun NIK maka bukti potong tidak bisa diterbitkan. KTP sudah ditangan Perusahaan, namun entah mengapa kadang nama yang tercetak di KTP tidak sama dengan yang di database Dukcapil. Untuk yang ini seharusnya Dukcapil membuka layanan seluas luasnya agar Perusahaan lebih mudah dalam mengkonfirmasi NIK dan nama karyawan.

Yang terus akan dihadapi perusahaan adalah saat karyawan meminta kepastian berapa nilai yang dapat dibelanjakan. Tidak mau pusing dengan potongan pajak yang seperti roller coaster. Maka perusahaan harus bisa menjadi bantalan bagi kestabilan take home pay karyawannya. Solusinya harus menghitung berapa tabungan PPh 21 karyawan yang dikelola Perusahaan. Ini pasti akan menjadi extra effort.

TER menganulir tarif pemajakan lampau yang saat dihitung ada sekitar 400 skema. Tetapi Perusahaan saat ini harus menghitung natura karyawannya yang mungkin ada ribuan skemanya. Ini juga pasti menjadi lembur bersama.

Belum lagi perubahan cara pemotongan PPh karyawan. Saat ini pegawai tetap harus memiliki bukti potong (bupot) setiap bulan begitupun untuk karyawan yang dibawah PTKP. Kalau tujuannya agar karyawan mengetahui pemotongan pajaknya. Sedangkan bupot 1721-VIII justru tidak memuat rincian. Apalagi 1721-VIII tidak berguna untuk kredit pajak karena itu masih tugas 1721-A1.

Mengenal 5 Jenis Akun Didalam Akuntansi

PT Jovindo Solusi Batam merupakan sebuah perusahaan yang professional dan juga terpercaya. Kami sudah mempunyai banyak pengalaman pada bidang perpajakan. Maka dengan ini kami siap menangani permasalahan pajak Anda. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas informasi terkait tentang Mengenal 5 Jenis Akun Didalam Akuntansi. Berikut ini penjelasannya.

Aset

Aset diartikan sebagai sumber daya milik entitas yang didapat dari peristiwa dimasa lalu serta memberi manfaat ekonomi di masa depan. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa benda berwujud ataupun tidak berwujud, asalkan benda tersebut memiliki nilai.

Aset terbagi dua jenis, yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. Kemudian, aset tidak lancar terbagi menjadi beberapa bagian seperti aset tetap, aset tidak berwujud, dan lainnya.

  1. Aset Lancar

Berikut ini beberapa contoh akun aset lancar:

  • Kas: berupa uang kertas, uang logam, saldo di rekening bank, dan cek.
  • Wesel Tagih: berupa kesanggupan yang tertulis dari pelanggan untuk membayar sejumlah dana pada tanggal tertentu.
  • Piutang dagang: berupa pembayaran kas di masa yang akan datang atas penjualan barang ataupun jasa secara kredit.
  • Perlengkapan: berupa barang Perusahaan yang berumur pendek, seperti sebuah pulpen dan kertas.
  • Biaya dibayar dimuka: berupa sewa yang dibayar di muka, dan juga asuransi yang dibayar di muka.
  1. Aset tidak Lancar

Berikut ini beberapa contoh akun aset tidak lancar.

  • Investasi jangka panjang: berupa investasi saham ataupun obligasi
  • Aset tetap: berupa gedung, tanah, mesin, dan jug peralatan
  • Aset tidak berwujud: berupa hak paten, hak cipta, dan juga goodwill.

Liabilitas

Liabilitas merupakan kewajiban yang muncul akibat dari peristiwa dimasa lalu.

Liabilitas terbagi dua, yaitu:

  1. Liabilitas Jangka Panjang

Contoh akun liabilitas ini adalah berupa utang bank jangka panjang, kewajiban pajak tangguhan, kewajiban garansi, penerbitan obligasi, hingga pada utang sewa guna usaha.

  1. Liabilitas Jangka Pendek

Contoh akun liabilitas ini adalah berupa tagihan listrik, tagihan air, tagihan telepon, upah karyawan, kredit rekening koran, hingga pada pajak penjualan dan juga penghasilan.

Ekuitas Pemilik

Ekuitas pemilik merupakan hak residual atas aset yang telah dikurangi semua liabilitas ataupun kewajiban. Ekuitas pemilik kepada perusahaan persekutuan ataupun perseorangan biasanya terdiri dari akun modal pemilik dan juga prive pemilik.

Contohnya, seperti kamu mempunyai rumah seharga Rp500.000.000, namun kamu berhutang Rp100.000.000 untuk membeli rumah tersebut. Maka, ekuitas pemiliknya adalah Rp500.000.000 – Rp100.000.000 = Rp400.000.000.

Pendapatan

Pendapatan merupakan sebuah naiknya ekuitas dikarenakan telah melakukan penyerahan barang dan juga jasa pada konsumen.

Sebenarnya, istilah pendapatan lebih sering digunakan perusahaan jasa, sedangkan untuk perusahaan manufaktur dan juga dagang lebih sering menggunakan istilah berupa penjualan dalam pencatatan transaksi mereka.

Contoh akun pendapatan didalam akuntansi, sebagai berikut:

  • Pendapatan berupa komisi
  • Pendapatan berupa jasa professional
  • Pendapatan berupa sewa
  • Berupa penjualan
  • Pendapatan berupa bunga

Beban

Beban diartikan sebagai biaya yang akan dikeluarkan gunanya untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang manfaatnya dapat dirasakan hingga 1 tahun ataupun 1 periode akuntansi.

Beban ini pula dikhususkan untuk barang-barang yang tidak memiliki manfaat setelah 1 tahun. Contoh dari akun beban:

  • Beban untuk rupa-rupa
  • Beban untuk sewa
  • Beban untuk perlengkapan
  • Beban untuk gaji

DPJ Memiliki Pengumuman Terkait NIK Dan NPWP

PT Jovindo Solusi Batam merupakan perusahaan yang professional dan juga telah terpercaya. Kami mempunyai banyak pengalaman pada bidang perpajakan. Maka dengan ini kami siap menangani permasalahan pajak yang Anda punya. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas informasi terkait tentang DPJ Memiliki Pengumuman Terkait NIK Dan NPWP. Berikut ini penjelasannya.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan tidak akan mengenakan tambahan pajak 20% kepada pekerja penerima penghasilan yang tidak punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Namun, dengan syarat Nomor Induk Kependudukan (NIK) sudah diadministrasikan DJP dan Pencatatan Sipil, serta sudah terintegrasi dengan Sistem Administrasi DJP.

Hal ini sesuai dengan Pengumuman DJP No. PENG-6/PJ.09/2024 berisi Penggunaan Nomor Pokok Wajib Pajak Kepada Sistem Administrasi Perpajakan pada tanggal 13 Februari 2024.

DJP melakukan ini untuk mendorong masyarakat dalam melakukan aktivasi maupun pemadanan NIK dengan NPWP. Pasalnya per 1 Juli 2024 telah mendatang NIK menjadi NPWP yang sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 136 Tahun 2023.

Dalam aturan sebelumnya yang tertuang didalam UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh), wajib pajak yang tidak punya NPWP akan dikenakan tarif lebih tinggi 20% dari pada wajib pajak yang mempunyai NPWP. Tarif PPh Pasal 21 ditetapkan dimulai dari 5% untuk penghasilan sampai Rp 60 juta per tahun hingga maksimalnya 35% untuk penghasilan diatas Rp 5 miliar.

Berikut cara mengaktivasikan NIK menjadi NPWP

  1. Bukalah laman DJP Online di pajak.go.id terlebih dahulu
  2. Lalu login dengan menggunakan 15 digit NPWP, lalu masukkan password dan juga kode keamanan
  3. Setelah berhasil masuk, lalu klik logo orang di samping nama lengkap wajib pajak, lalu pilihlah menu profil saya
  4. Lalu isi 16 digit NIK dan juga data lain yang masih kosong
  5. Setelah itu klik validasi pada bagian bawah untuk dapat melihat Status Validitas Data Utama
  6. Tulisan Valid dengan memiliki warna latar hijau akan muncul apabila NIK sudah sesuai dengan NPWP.

Berikut cara mengetahui NIK telah sah menjadi NPWP:

  1. Akses laman https://djponline.pajak.go.id/ terlebih dahulu
  2. Lalu login pada laman DJP online tersebut dengan menggunakan NIK ataupun nomor yang tertera pada KTP
  3. Kalau Anda berhasil login, itu artinya NIK sudah tervalidasi sebagai NPWP. Nmaun jika tidak bisa login maka NIK belum tervalidasi
  4. Kalau masih belum bisa login, maka Anda perlu login ulang dengan menggunakan NPWP

Setelah loginnya berhasil, Anda bisa melakukan validasi dimenu profil.

Mengenal Apa Itu Aset Lancar

PT Jovindo Solusi Batam merupakan perusahaan yang professional dan juga terpercaya yang berada di Batam. Kami juga memiliki banyak pengalaman pada bidang perpajakan ini. Maka dengan itu kami sudah siap saat menangani permasalahan pajak yang Anda punya. Kali ini, PT Jovindo Solusi Batam akan membahas informasi terkait tentang Mengenal Apa Itu Aset Lancar. Berikut ini penjelasannya.

Apa itu Aset Lancar?

Adapun menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset lancar merupakan sebuah uang tunai ataupun aset berharga yang dapat dicairkan sewaktu-waktu dengan mudah.

Namun, menurut KBBI, aset lancar merupakan kas atau sumber lain yang bisa dicairkan menjadi uang tunai dan habis dipakai selama satu tahun atau lebih (jika aktivitas normal).

Maka dapat disimpulkan bahwa aset lancar ataupun aktiva lancar adalah harta perusahaan berupa benda berharga yang didapatkan dari aktivitas atau transaksi dan memiliki jangka waktu yang singkat.

Ciri-Ciri Aset Lancar

Beberapa ciri aset lancar adalah sebagai berikut:

  1. Bukan Benda yang Tidak Bertuan

Aset lancar harus memiliki sebuah kepemilikan yang kuat dan juga dapat dibuktikan secara hukum. Jadi, apa bila aset tersebut tidak memiliki legalitas, maka tidak akan dapat dikatakan sebagai aset lancar.

  1. Diperoleh dari Transaksi Masa Lalu

Diperoleh melallui transaksi di masa lalu. Jika transaksi baru akan terjadi dibeberapa hari kedepan, maka hal tersebut belum dapat diklaim sebagai aset lancar.

  1. Keputusan Berulang dan Cepat

Aktiva lancar kebanyakan memiliki jangka waktu yang sangat singkat, biasanya paling lama satu tahun sebelum diubah menjadi bentuk aktiva lancar lainnya.

Keputusan terkait perubahan aktiva tersebut sifatnya berulang dan memerlukan pengambilan keputusan yang cepat. Misalnya, penggunaan kas untuk membayar tagihan listrik.

  1. Mempunyai Manfaat

Benda yang dikatakan sebagai aset lancar adalah benda yang memiliki manfaat atau keuntungan apabila dipindahtangankan. Tidak bisa dikatakan aset apabila benda tersebut justru menimbulkan kerugian.

Perbedaan Aset Lancar dan Tidak Lancar

Dalam suatu perusahan, terdapat dua jenis aset yaitu lancar dan tidak lancer.

Adapun aset lancar merupakan aset yang dapat langsung dicairkan menjadi uang tunai dan pencairannya memerlukan waktu paling lama 1 tahun.

Sedangkan, aset tidak lancar merupakan aset yang tidak dapat langsung dicairkan menjadi uang tunai dan juga umumnya pencairannya memerlukan waktu yang lama.

Aset tidak lancar juga tidak dapat diukur dalam nilai mata uang. Adapun contohnya adalah properti, alat produksi, hak cipta, investasi, dan lain-lain.

Selain aset lancar dan tidak lancar, didalam suatu perusahaan juga dikenal istilah aset tetap. Aset tetap merupakan aset berwujud yang membutuhkan waktu lama untuk dapat diperdagangkan atau diuangkan.

Contoh Aset Lancar

Berikut beberapa contoh aset perusahaan yang termasuk aset lancar , yakni:

  1. Surat Berharga

Surat ini juga termasuk dikarenakan surat ini dapat dijual yang hasilnya berupa uang tunai.

  1. Kas

Kas adalah semua aset yang dimiliki oleh perusahaan dan bisa digunakan kapan pun. Dalam suatu perusahaan, kas digunakan untuk aktivitas operasional sehingga masuk dalam aset lancar.

  1. Beban Dibayar Dimuka

Beban biaya dimuka adalah pelunasan kewajiban perusahaan di awal, sehingga nantinya tidak membebani laporan keuangan pada akhir periode akuntansi.

Contohnya adalah premi asuransi, biaya sewa, perlengkapan ATK (alat tulis kantor), dan lain-lain.

  1. Piutang

Piutang adalah tagihan dari perusahaan kepada konsumen yang melakukan pembelian produk secara kredit. Umumnya, piutang akan dibayarkan oleh konsumen ketika tiba waktu jatuh tempo.

  1. Persediaan Barang

Alasan persediaan barang masuk dalam aset lancar adalah karena barang tersebut dapat dijual dan memiliki nilai ekonomi. Ketika barang terjual, maka hasilnya akan masuk kedalam kas perusahaan.

Manfaat Aset Lancar

Pada dasarnya, manfaat aset lancar adalah untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan, termasuk pembayaran gaji karyawan, biaya sewa kantor, dan membayar utang perusahaan.

Namun, mengingat aset lancar bisa menjadi pertimbangan bagi investor, maka penting bagi pemilik bisnis untuk memastikan aset mereka dapat berjalan baik dan mampu meyakinkan investor.